Api Di Bukit Menoreh

Posted on -
Api Di Bukit Menoreh Rating: 3,8/5 3199 votes

Buku 001 (Seri I Jilid 1) admin ♦ 15 Juli 2010. Sekali-sekali terdengar petir bersambung di udara. Setiap kali suaranya menggelegar memenuhi lereng Gunung Merapi.

♦ Tetapi Agung Sedayu tetap membisu. Dan Demang itupun kemudian tidak berkata-kata lagi, setelah mereka naik kependapa. Demikian mereka naik kependapa, dada Agung Sedayupun berdesir tajam. Dilihatnya dipendapa itu, terbaring beberapa orang laki-laki yang sedang nyenyak tidur. Dibawah cahaya lampu minyak, tampaklah wajah-wajah mereka yang keras tajam. Sedang beberapa orang diantaranya tumbuh janggut, jambang dan kumis yang lebat diwajah-wajah mereka. Mereka terbaring berjajar-jajar diatas tikar selapis. Namun tampaklah betapa nyenyak mereka itu. Sedang disudut pendapa Agung Sedayu melihat beberapa tangkai tombak dan didinding-dinding tersangkut pedang perisai dan keris.

♦ “Nah, katakan, siapa engkau?” ulang Widura. Orang itu seakan-akan tidak mendengarnya. Bahkan kemudian ia bertanya kepada Agung Sedayu. “Sedayu, apakah yang sedang engkau kerjakan? Apakah kau sedang melatih orang ini?” Dada Widura berdesir mendengar pertanyaan itu. Ternyata orang itu telah mengenal Agung Sedayu. Namun karena itu, segera Widura pun mengenalnya, orang itulah agaknya yang menamakan dirinya Kiai Gringsing.

Karena itu kembali ia bertanya “Apakah kau yang menamakan dirimu Kiai Gringsing?”. ♦ Apalagi apabila mereka berhadapan. Namun agaknya Widura sama sekali tidak bersikap demikian. Karena itu, maka sekali lagi Ki Tambak Wedi itu berkata “Widura, orang-orang seperti kau ini benar-benar merupakan mutiara-mutiara yang tersimpan dalam perbendaharaan keprajuritan Pajang. Aku ingin agar mutiara-mutiara demikian itu tidak akan hilang tertimbun oleh lumpur.

Karena itu Widura, aku minta kau membantu Sidanti dalam usahanya mendapatkan tempat yang baik dalam hidupnya yang penuh dengan cita-cita itu. Aku sendiri pasti akan merupakan kekuatan yang mengalasinya.”.

♦ Untara dan Agung Sedayu kemudian tidak membuang-buang waktu lagi. Segera mereka mulai dengan suatu latihan yang keras. Ternyata Untara benar-benar ingin melihat, sampai dimana puncak kemampuan adiknya.

Ketika latihan itu telah berjalan beberapa lama, maka tahulah Untara bahwa apa yang dikatakan oleh Widura itu memang sebenarnya demikian. Agung Sedayu mempunyai bekal yang cukup untuk menjadi seorang anak muda yang perkasa.

Ketangkasan, kekuatan tenaga dan kelincahan. Apalagi kini, setelah anak muda itu menemukan kepercayaannya kepada diri sendiri, maka setiap geraknyapun seolah-olah menjadi lebih mantap. Meskipun beberapa kali Untara melihat kesalahan-kesalahan yang masih dilakukan oleh adiknya, namun kesalahan-kesalahan kecil itu segera dapat diperbaikinya. ♦ Tetapi dengan berita itu, maka Sangkal Putung harus lebih berhati-hati lagi. Lawan mereka kini bukan saja Tohpati dan Sumangkar yang setiap saat dapat menyusup kedalam lingkungan mereka, tetapi juga Sidanti dan Ki Tambak Wedi yang apabila mereka kehendaki mereka akan dapat berjalan-jalan didaerah kademangan Sangkal Putung yang mereka kenal dengan baik. Karena itu maka mereka harus lebih berwaspada apabila malam-malam yang akan datang salah seorang atau dua tiga orang dari mereka nganglang kademangan. Navigasi pos.

30 Desember 2016 Jilid terakhir tayang! Anda bisa klik di nomor jilid di atas, untuk langsung menampilkan jilid tersebut. Seperti diketahui bersama, penulis serial AdBM, Bapak SH Mintardja, wafat di tahun 2002, dengan meninggalkan cerita yang belum sempat diselesaikan. Dalam bentuk buku, jilid terakhir serial AdBM adalah jilid ke 396 (Seri IV - 96) ini. Selanjutnya situs ini akan terus diperbarui dengan berbagai perbaikan, informasi pendukung, dan sebagainya.

Selamat tahun baru 2017! 12 April - 27 Desember 2016 Jilid 351 - 395 tayang! 8 April 2016 Jilid 349 - 350 tayang! TAMPILAN BARU!

6 - 7 April 2016 Jilid 345 - 348 tayang! 5 April 2016 Setelah hampir 4 tahun istirahat, situs ini diperbarui lagi dengan menayangkan lanjutan cerita, yaitu jilid 343 dan 344.

Jilid-jilid selanjutnya akan segera menyusul tayang!

Satu karya mbahman (paneMBAHan MANdaraka) setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga naskah yang ini bisa menjadi pelepas kerinduan terhadap lanjutan kisah ADBM. Download game winning eleven 9. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirah sekaligus berburu sekedar untuk melepaskan ketegangan.

Pemilihan hutan Krapyak sebagai tempat tetirah ternyata ada kesengajaan dari pihak yang ingin menggulingkan Mataram. Rara Anjani yang telah diangkat sebagai selir Pangeran Pati, secara tidak sengaja telah mencium rencana jahat sekelompok orang yang akan menyingkirkan Panembahan Hanyakrawati pada saat di hutan Krapyak nanti. Ketika hal itu disampaikan kepada Raden Mas Rangsang, karena hasutan seorang emban kaki tangan pengikut trah Sekar Seda Lepen, Raden Mas Rangsang menganggap selirnya itu telah mencoba mempengaruhinya dengan menyebarkan fitnah. Dalam keadaan mengandung muda, Rara Anjani lebih memilih menyingkir ke gunung Kendalisada memohon perlindungan kepada Resi Mayangkara karena keselamatannya pun juga terancam. Dalam pada itu di Kademangan Sangkal Putung, sepeninggal Ki Swandaru Pandan Wangi lebih memilih pulang ke Tanah Perdikan Menoreh dengan membawa anak laki-laki satu-satunya, Jaka Swandana. Sedangkan Sekar Mirah, setelah suaminya mengundurkan diri dari lingkungan keprajuritan, lebih memilih membesarkan anak semata wayangnya Bagus Sadewa di Sangkal Putung.

Sementara Ki Agung Sedayu setelah melawat ke perguruan Jalatunda di lereng gunung Penanggungan sebagai usaha Mataram untuk menjajagi kekuatan Kadipaten Surabaya, telah mengundurkan diri dari lingkungan keprajuritan dan lebih senang menyepi di padepokan Jati Anom. Waktu pun bergulir dengan cepat.

Ki Untara yang telah menyelesaikan masa bhaktinya di keprajuritan, telah menyerahkan anaknya Putut Pratama kepada adiknya untuk berguru di padepokan Jati Anom. Putut Pratama pun menjadi saudara seperguruan dengan Bagus Sadewa. Sementara Jaka Swandana yang berada di Menoreh ternyata telah digembleng sendiri oleh ibunya untuk mewarisi ilmu turun-temurun dari Menoreh.

Ki Argapati pun sebelum tutup usia telah ikut turun tangan memberi petunjuk kepada cucu satu-satunya itu. Persoalan pun muncul ketika Jaka Swandana merasa punya hak atas Kademangan Sangkal Putung, sedangkan para tetua Kademangan Sangkal Putung telah sepakat menetapkan Bagus Sadewa sebagai Pemangku sementara kademangan sambil menunggu serat kekancingan dari Mataram. Sementara itu, Glagah Putih yang telah diangkat menjadi Senapati pasukan khusus Mataram yang berkedudukan di Menoreh telah mencurigai adanya usaha orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk membenturkan Tanah Perdikan Menoreh dengan Kademangan Sangkal Putung yang selama ini menjadi salah satu penyangga kekuatan Mataram agar sedikit demi sedikit kekuatan Mataram melemah. Dalam pada itu, langit di atas Mataram terlihat kelabu. Perebutan kekuasaan antar keluarga kerajaan sendiri untuk menduduki tahta menjadi semakin meruncing.

Sepeninggal Panembahan Hanyakrawati, Ratu Tulungayu tetap menuntut Raden Mas Wuryah yang menduduki tahta sesuai janji Panembahan Hanyakrawati semasa masih menjabat Adipati Anom Mataram. Sedangkan Raden Mas Rangsang yang telah diangkat sebagai Putra Mahkota semasa pemerintahan Ayahandanya, menyerahkan semua persoalan itu kepada keputusan kerabat Istana. 22 Desember 2016 Padepokan Sekar Keluwih, Sidoarjo pane MBAHan MANdaraka Pintu masuk gandok. API DI BUKIT MENOREH Judul Buku: Api di Bukit Menoreh Karya: SH Mintardja Gambar Kulit: Herry Wibowo Illustrasi: Suparto/drs. Sudyono Jilid: 396 Jilid Format: A5 Halaman: 80 halaman Penerbit: Kedaulatan Rakyat Yogyakarta Jilid 1 dicetak tahun 1968, jilid terakhir (396) dicetak tahun 2002.

SINOPSIS Sudah lupa detil cerita yang sangat panjang ini menyebabkan agak sulit membuat sinopsis tentang Api Di Bukit Menoreh ini Korek sana-sini menemukan sinopsis yang cukup lumayan, saya sunting sebagian untuk blogi ini. Agung Sedayu Diceritakan sebagai adik dari Untara, tokoh utama Pasukan Pajang yang berjuang melawan sisa pengikut Arya Penangsang yang bergerilya. Ayahnya adalah salah seorang Tokoh Olah Kanuragan yang sepuh, masih dikenal baik Gurunya Kiai Gringsing dan dari aliran baik-baik. Ilmu ayahnya diwarisi tidak matang oleh Pamannya Widura (Adik ibunya) dan oleh Untara, dan Ilmu lengkap ayahnya justru ditemukannya secara tidak sengaja ketika untuk pertama kalinya Pati Geni memperdalam ilmunya di gua dekat kampungnya, Jati Anom. Agung Sedayu digambarkan sebagai seorang pemuda yang sangat penakut, bukannya pengecut.

Karena bahkan melewati sebuah pohon raksasa di malam haripun dia tidak berani. Karena terlalu dimanjakan ibunya, Sedayu berubah menjadi penakut, apalagi dia selalu berlindung di bawah ketiak kakaknya yang sangat kuat dan jantan serta berilmu. Kepenakutan Sedayu diceritakan hampir selama 30 jilid pertama. Boleh dikata, pembaca jadi sangat mengenal bahkan dari dekat tokoh bernama Agung Sedayu ini, karena moment kepenakutannya diceritakan detail lengkap dengan persaingannya dengan Sidanti, baik dalam Olah Kanuragan (terminologi lokal yang cocok pengganti ilmu silat) maupun kelak dalam cinta.

Meskipun penakut, Agung Sedayu memiliki kemampuan lain yang diatas rata-rata: Membidik tepat, baik melalui lemparan maupun memanah yang tidak pernah gagal, serta mampu mengukirkan apa yang dia baca dalam hatinya hingga tidak terlupakannya. Saking detailnya, dibutuhkan puluhan jilid yang mengalir bersama rentetan sejarah dari Demak-Pajang dan berdirinya Mataram. Proses Agung Sedayu menemukan dirinya, mengatasi kepenakutannya diceritakan sangat detail dan lama, sehingga terkesan bertele-tele. Demikian juga prosesnya menempa diri, dari mulai diambil sebagai guru oleh Kiai Gringsing, tokoh utama lain cerita ini, sampai memasuki penempaan mendalam, membutuhkan panjang hingga 100 jilid pertama. Bahkan, dibutuhkan lebih dari 200 jilid baru Kiai Gringsing mempercayakan Kitab Rahasianya untuk didalami oleh Agung Sedayu dan Swandaru adik seperguruannya. Itupun setelah Agung Sedayu memperdalam diri dengan menyempurnakan ilmu ayahnya dan mendalami Kitab Rahasia gurunya yang kedua (Jilid 100-200).

Dari hanya mampu memainkan ilmu gerak yang biasa (nyaris sepanjang 50 jilid pertama), hingga kemudian mampu memainkan cambuk sebagai senjata utama (51-100), sungguh banyak episode yang dilewati dengan menggunakan ilmu-ilmu itu. DALAM mana, penjahat-penjahat sakti semacam Tambak Wedi menjadi lawan guru mereka. Baru pada jilid 100-200, nampaknya Kiai Gringsing mulai memberi kesempatan Agung Sedayu untuk mulai menggantikan tempatnya, dan puncaknya ketika dalam akhir jilid 200, bentrok dengan sesama tokoh sepuh yang sudah dinyatakan punah melalui benturan ilmu-ilmu ampuh yang dinyatakan lenyap, milik Eyang Windunata yang merupakan garis vertikal keturunan prabu terakhir Majapahit. Eyang tersebut adalah kakek langsung Kiai Gringsing yang bersahaja, bahkan salah satu gurunya yang mewariskan ilmu-ilmu ampuh dan menyeramkan. Agung Sedayu: Ilmu Kesaktian – Kanuragan SH Mintardja dengan cerdik menggunakan terminologi “Olah Kanuragan” atau Ilmu Kanuragan sebagai ganti Ilmu SIlat. Bahkan dia tidak menyebutnya Pencak atau Pencak SIlat. Tenaga dalampun dinamainya TENAGA CADANGAN, dan semedi dinamakannya MESU DIRI atau PATI GENI.

Dalam proses ini, Agung Sedayu memulai Olah Kanuragan dengan diajak dan dipermainkan gurunya. Dia dilatih untuk menghilangkan rasa penakutnya yang meskipun hilang akhirnya, tetapi kelembutannya dan ketidaktegasannya menghadapi dan menghukum orang jahat tidak pernah lepas hingga akhir cerita di jilid 390-an. Tetapi, kehebatan dan bakatnya melalui kemampuan mengingat dan menanamkan dalam hati, membuatnya meski tidak banyak berlatih, ternyata menyerap semua ilmu yang juga dikuasai Untara kakaknya.

Api Di Bukit Menoreh Lanjutan

Karena ilmu ayahnya ternyata di catatnya di daun lontar, dan ketika Kiai Gringsing dan Widura melatihnya, tidak lama waktu yang dibutuhkannya untuk mematangkan dirinya. Selama 70 jilid, Agung Sedayu dan Swandaru mengikuti gurunya Kiai Gringsing untuk memperdalam ilmu dengan mengembara hingga ke Menoreh dan bahkan singgah ke Mataram yang mulai dibuka di akhir jilih 100-an.

Ilmu Kanuragan Agung Sedayu masih sederhana dan belum mendalam, perbedaannya dengan Swandaru juga maih belum seberapa. Tetapi, ketika konflik mulai memuncak, pertarungan Mataram dan Pajang mulai terjadi, Kiai Gringsing menuntun Agung Sedayu dan Swandaru untuk meningkatkan Ilmu Kanuragan mereka. Agung Sedayu memilih jalur dalam sementara Swandaru memilih jalur keras atau kulit dengan mengandalkan fisik. Agung Sedayu melakukan Mesu Diri untuk mematangkan ilmunya dan memperdalam kemampuan membidiknya serta menemukan Ilmu yang bisa memusnahkan orang dan benda melalui sinar matanya. Perbedaan kemampuan Swandaru dan AGung Sedayu mulai melebar. Uniknya, Swandaru tidak menyadarinya dan selalu merasa sudah melampaui kemampuan kanuragan kakak seperguruannya, Agung Sedayu. Episode paling menarik dari kedua tokoh seperguruan ini dikisahkan dalam episode kedua, JALAN SIMPANG.

Swandaru selalu menilai diri terlalu tinggi karena Agung Sedayu selalu terluka melawan tokoh-tokoh sakti yang mulai rajin bermunculan di atas jilid 100. Padahal, melawan tokoh-tokoh ini justru semakin mematangkan Agung Sedayu. Ilmunya meningkat pesat, dan memperoleh pengasihan dari Guru keduanya yang meminjamkan kitabnya dan juga petunjuk Pangeran Benawa dan Raden Sutawidjaya dalam meningkatkan Ilmu.

Api di bukit menoreh sh mintarja

Dari Guru keduanya, Agung Sedayu mampu mengolah dan memperoleh Ilmu Kebal yang luar biasa, mampu mengeluarkan panas membakar dalam puncak Ilmu Kebalnya itu. Mampu bergerak cepat dan melayang-layang secara tidak masuk akal (ini mungkin ginkang) dan mampu menghadapi ilmu sihir atau santet, bahkan belakangan mampu menemukan ilmu Kakang Pembarep Adi Wuragil dengan memecah diri menjadi 3 seperti Kiai Juru Mentani. Selebihnya, diapun melatih ilmu-ilmu mendengar dari jarak jauh, menyerap bunyi dan mempertajam panggraita atau intuisi dan perasaan. Dari Kiai Gringsing, dia memperoleh ilmu Cambuk yang luar biasa yang mampu menembus Ilmu Kebal dengan lecutan-lecutannya. Bahkan meski tidak diceritakan, sebagai murid terkasih Kiai Gringsing dia juga mewarisi Ilmu Ilmu yang nyaris punah, yakni Ilmu Melepas Awan Pekat, Gelap Ngampar dan Mempengaruhi Indra lawan melalui penciuman, Ilmu yang dimiliki Sesepuh Majapahit. Selain itu, dia juga kebal racun setelah diberi petunjuk oleh Pangeran Benawa, tokoh muda sakti selain Sutawidjaya.

Keduanya, Sutawidjaya dan Benawa dianggap tokoh muda tersakti pada masa cerita ini, meskipun perkembangan Agung Sedayu juga dipantau keduanya dengan cermat. Puncak cerita dan menariknya cerita ini, ketika Swandaru yang suka meledak-ledak, emosional dan merasa dari kalangan atas, merasa sudah melampaui kehebatan kakak seperguruannya. Dalam pertarungan yang mengakhiri episode jalan simpang, Agung Sedayu mengajarkan bagaimana kematangan dan kedalaman mengalahkan Swandaru yang mengandalkan Tenaga Fisiknya. Dalam perkelahian yang disadari betul oleh adik Swandaru, Sekar Mirah dan Istri Swandaru,Pandanwangi, bahwa Swandaru kalah jauh oleh Agung Sedayu karena berkali-kali mereka menyaksikan bagaimana Agung Sedayu berkembang menjadi raksasa Olah Kanuragan, Swandaru telak dikalahkan. Bahkan Sekar Mirah, yang akhirnya menjadi istri Agung Sedayupun, baru menyadari betapa suaminya jauh meninggalkannya dengan swandaru, ketika melihat Suaminya nyaris mati menandingi dan mengalahkan Panglima Sakti dari Pajang dalam sebuah perang tanding yang disaksikan banyak tokoh utama. Untuk membuka mata Swandaru, Agung Sedayu mempergunakan semua Ilmunya, baik Kakang Pembarep Adi Wuragil, Ilmu Kebal, Ilmu Pandang Mata, dan Lecutan Berat yang tidak terdengar telinga biasa tapi telinga batin yang menyakitkan.

Serial Api Di Bukit Menoreh

Semua ilmu kanuragan andalannya dikeluarkan dan membuat Swandaru akhirnya sadar dan terperangah. Episode seudahnya adalah episode pengembaraan Glagah Putih, adik sepupu AGung Sedayu sekaligus muridnya. Sementara Agung Sedayu menempah istrinya dan juga menmpa dirinya dengan kitab gurunya, Kiai Gringsing. Kanuragan Jawa Olah Kanuragan, demikian bahasa Mintardja menggambarkan silat Jawa. Sungguh diambil dari sari dan budaya Jawa sendiri. Baik penamaan maupun maknanya. Hal yang menunjukkan betapa Silat Lokal, tidak kalah mutu dibandingkan silat Cina.

Measkipun kisah cinta di serial ini kurang menggigit atau malah kering, tetapi kontribusi bagi Ilmu Kanuragan dan rentetan budaya jawa sungguh luar biasa. Layak dibaca dan juga layak dilanjutkan. Karena cerita ini menggantung pada bagian paling akhir. Dikutip dari CATATAN: Jilid 1-19 tidak ada naskah djvu-nya sehingga tidak bisa dicek kebenarannya dengan rontal aslinya. Mohon dimaklumi. TAUTAN HALAMAN BACA – Link ADBM format DJVU ADBM SERI 1.